Drama Anak-anak saat Lomba Agustusan

Table of Contents

 

Assalamu'alaikum, Ay/Bun. 

Gimana nih, agenda Agustusan di tempat Ay/Bun? Sudah selesai atau masih mau lanjut kegiatan pekan depan?

Kalau di tempat saya, sudah berakhir di tanggal 18 Agustus. Puncaknya, makan bareng panitia dan keluarga, juga tetangga sekitar. MasyaAllah, luar biasa. Capek karena menyiapkan semuanya, tapi juga senang dan puas.

Semangat ya, kalau masih ada lomba-lomba Agustusan sebelum masuk bulan September.

"Drama" dan Celoteh Anak saat Lomba 17an

Mau berbagi cerita tentang kelucuan anak-anak berikut "drama"nya saat lomba Agustusan nih, Ay/Bun. Celoteh dan tingkah anak-anak yang khas memang sungguh bikin gemes.

1. Semangat Ikut Lomba karena Bareng Bestie

Adik N, sukanya geret-geret Bunda buat ikut datang ke arena lomba.

"Ayo, Bun! Ke sana.. Adek mau ikut lomba..." Ujarnya.

Demi anak, ye kan... Emaknya rela ninggalin tumpukan baju kotor yang harus segera dieksekusi. Tunggu punya tunggu, giliran namanya dipanggil, bocil ini ogah maju. Alasannya malu dan takut. Emaknya keki. Antara KZL, tapi juga gemes-gemes gimana, gitu.

Di kesempatan lain, anak-anak sudah heboh sedari pagi, termasuk si Kecil ini. Tujuannya cuma 1: mau ikut lomba dan pentas di acara Agustusan depan rumah. Weladalah, sampai giliran lomba, nggak mau maju juga. Akhirnya mau maju setelah bestie-nya ikut lomba juga. Lomba selesai, anak ini nggak dapat juara, kalah di babak final. Untungnya dia belum terlalu paham tentang kalah/memang, jadi enjoy aja main lagi.

2. Ngambek Nggak Mau Lagi Ikut Lomba

Drama pertama teratasi, muncul drama selanjutnya: nggak mau lagi ikut lomba dengan berbagai alasan. Malu dan capek, katanya. Dibujuk buat lomba bareng bestie lagi pun sudah nggak mau. Yaudahlah, emaknya kali ini sudah menyerah. Nggak mau ikut lomba, yawis.

3. Anak Ambis, Sat-set tapi Nabrak Aturan

Kali ini drama lomba dari anak yang sudah jelang remaja. Anaknya ikut lomba dan sering dapat juara. Saya sih biasanya nggak terlalu memperhatikan lomba anak-anak remaja. Seringnya nungguin anak-anak kecil yang gemesin dengan segala tingkah lakunya waktu lomba.

Waktu kebagian bantu di tim anak-anak remaja, ternyata di luar dugaan. Beberapa anak ambis main tabrak aturan lomba, yang penting cepat sampai finish dan di-notice sebagai pemenang. Contohnya, saat lomba memindahkan pipet/sedotan. Aturan mainnya, sedotan diambil dengan satu tangan lalu disematkan di antara hidung dan mulut. Peserta lalu berjalan dengan tangan "disimpan" di belakang, tidak boleh lagi menyentuh sedotan. Setelah sampai di garis finish, selanjutnya peserta memasukkan sedotan ke dalam botol yang telah disediakan. 

Beberapa anak main serobot aja, begitu aba-aba "mulai" dia langsung lari bawa sedotannya sehingga hampir sampai di garis finish baru disematkan ke bawah hidung lalu dimasukkan ke dalam botol. Hm... PR buat orang tua seperti kita, mengajarkan anak-anak untuk sportif di arena, bukan hanya mengejar juara tapi melupakan integritas.

4. Nangis Kalah Kompetisi

Gara-gara saat babak penyisihan tidak lolos jadi juara, berujung ngambek dan nangis sambil bersembunyi di balik bantal. Gimana lagi dong... Namanya perlombaan pasti ada yang kalah dan menang. Anak ini sudah happy sekali saat babak penyisihan bisa masuk nominasi ke final. Sayangnya dia masih kurang paham dengan mekanisme lomba, di mana masih ada babak final untuk menentukan juaranya. And yes, di akhir dia kalah cepat saat lomba  balap kelereng, lalu berakhir nangis sambil sembunyi di balik bantal di dalam kamar.

5. Protes Jumlah Juara Berbeda

"Yang bapak-bapak aja dapat juara sampai 4, masa yang anak-anak cuma sampai 3! Curang!" Begitulah uneg-uneg dari hati terdalam seorang anak yang merasa terluka karena tidak mendapatkan juara meskipun sudah mengikuti lomba hingga babak final.

Beruntung, doorprize masih banyak, sehingga anak-anak yang belum mendapatkan hadiah, bisa pulang tanpa tangan kosong. Minimal mereka pulang dengan membawa pensil yang sudah dihias oleh panitia.

Begitulah anak-anak dengan segala dramanya. Sebagai orang tua, tentu harus selalu mengingatkan dan menjadi teladan bagi mereka tentang nilai-nilai kejujuran, sportivitas, dll agar di kehidupan nyata, mereka juga tidak asal tabrak aturan demi kepentingan dan ambisi pribadi. Nilai-nilai yang diajarkan dalam keluarga itulah yang kelak menjadi bekal mereka menghadapi kehidupan. 

Nah, Ay/Bun punya cerita seputar "drama" anak-anak saat lomba Agustusan? Sharing yuk!

Semoga bermanfaat,

Salam, 


Posting Komentar

Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Intellifluence Logo Link Banner