Belajar Jualan Hasil Meronce Manik-manik
Meronce untuk Aktivitas Liburan Sekolah
"Kalau kita nggak jadi jalan-jalan gimana? Soalnya hujan terus," tanyaku pada anak-anak. Waktu itu liburan sekolah akhir semester, tapi cuaca kurang memungkinkan untuk jalan-jalan.
"Ya nggak apa-apa sih, Bun. Tapi kita ngapain di rumah?" Si Kakak balik tanya.
Akhirnya, uang hasil nabung sedikit demi sedikit dan kurencanakan buat jalan-jalan saat liburan sekolah, kupakai untuk beli manik-manik. Kakak H ingin bikin phone strap, gelang, dll buat dijual.
Sebelumnya, saya suka mantengin live Shopee manik serok-serok hanya untuk nonton dan dengerin suara serokannya yang so satisfying itu.
Sebenarnya ada trauma juga sih sama manik-manik kecil, karena dulu S kecil pernah kemasukan manik-manik ke hidung dan dibawa ke IGD.
Seperti menjilat ludah sendiri, pernah bilang nggak akan lagi beli manik-manik karena trauma, eh, ujung-ujungnya beli 🙈🙈.
Seneng sih, tiap hari lihat anak-anak berjibaku dengan manik-manik, bikin gelang dan gantungan HP/tas buat dijual ke teman-temannya.
Setelah pembelian pertama manik serok, berlanjut beli lagi dan lagi, lalu meluncur ke toko aksesoris untuk cari printilan yang masih kurang.
Ternyata, memang sepertinya saya nggak boleh mengunjungi toko seperti ini. Hampir pasti kalap. Wkwkkwkwk. Nggak di Semarang, nggak di Bali, kalau masuk toko perlengkapan kerajinan/aksesoris, berasa seluruh toko mau diborong semua. Kalau sekalian punya tokonya sih ya... Okelah 😆😆
Baru sadar, saya beli lagi dan lagi manik-manik mulai dari yang boba sampai per-topping-an, adalah untuk menyenangkan diri-sendiri.
Nulis ini sambil ngadem-ademin hati, "pukpuk" dan bisik-bisik ke diri-sendiri: "Nggak apa-apa, yang sudah dibeli itu akan awet, nggak habis sekarang, bisa buat nanti-nanti. Habis ini sabar ya, nggak boleh kalap lagi waktu mantengin live manik serok, dan nggak usah ngide jalan ke toko aksesoris lagi,"
Oh ya, tentang manfaat meronce untuk anak-anak, pernah saya tuliskan, Ay/Bun bisa lihat di sini ya: manfaat aktivitas meronce untuk anak-anak
Bunda jadi "Karyawan"
"Bun, ada pesenan warna ini. Ayo Bunda yang bikin."
Pulang sekolah, sekonyong-konyong si Kakak heboh dengan peralatan meroncenya. Kotak manik-manik dikeluarkan, dan dipilihnya manik berbagai model dan warna sesuai rikues temannya.
Mau tak mau, karena sedang menganggur, kukerjakan juga permintaannya itu.
Besoknya, permintaan yang sama terulang lagi. Kali ini saya terkekeh geli.
"Berasa Bunda jadi karyawanmu, Kak. Bukannya bisa ngerjain sendiri? Nggak ada PR kan?" Kataku keberatan.
"Aku ngerjain satunya, Bun. Ada 2 yang harus dibuat. Trus yang bentuk hati itu kan aku belum bisa."
"Baiklah. Awas lho ya, bayaran Bunda mahal," selorohku sambil pura-pura serius.
"Iya deh. Bunda mau berapa?" Katanya sambil menyodorkan 2 lembar sepuluhribuan.
Jelas emaknya ini makin tergelak. Keuntungan jualan hasil meronce aja tak seberapa, karena pasarannya anak-anak kecil. Maklum ya, dia masih belajar jadi pencatatan juga belum detail.
"Kalau kurang banyak minta sama ayah aja kalau gitu."
"Siap, Bos!"
Oh, begini rasanya jadi "karyawan" anak sendiri. Hahahahaha.
Belajar Mengatur Pesanan dan Keuangan
Saat Kakak membuat dan jualan aneka DIY kreasi manik-manik, saya serahkan catatan keuangan dan sistem pemesanan kepadanya. Saya membantu membuat konten untuk iklan di media sosial saya. Sebenarnya dia minta untuk jualan di marketplace juga, tapi saya tolak supaya saat sudah masuk sekolah, dia kembali fokus belajar. Jualan manik-manik tetap dilanjutkan tetapi dengan ritme yang lebih lambat.
Pencatatannya juga belum sedemikian detail, sederhana saja yang penting dia paham pentingnya pencatatan.
Uang yang dikumpulkan dari penjualan biasanya digunakan kembali untuk membeli bahan (manik-manik, tali, peralatan, dll). Kakak H juga mendapat bagian karena dia yang menjual dan meronce sendiri.
Sayangnya setelah aktif sekolah lalu terpotong ramadhan dan libur Idulfitri, Kakak belum bersemangat lagi untuk memulai jualan. Waktu ditanya, jawabnya "nanti deh Bun, waktu liburan sekolah semester depan aku rajin bikin dan jualan lagi."
Baiklah, sesukaku deh, Kak. Bunda memfasilitasi buat aktivitas liburan aja.
Oh ya, belum lama ini malah dapat hibahan manik-manik bagus-bagus, tali senar, dan gelang manik yang sudah jadi dari teman saya. Kakak girang banget waktu dapat itu. Gelangnya sebagian dipakai sendiri, dan dibagi ke temannya. Saya pun dapat bagian 1 gelang warna coklat yang cantik. Manik-maniknya masih tersimpan rapi, menunggu beberapa pekan lagi sampai liburan sekolah lalu gas meronce lagi.
Begitulah, orang tua pun kadang moody, maka wajar jika anak-anak pun moody.
Nanti kita update lagi proyek jualan manik-manik Kakak H, ya..
Semoga bermanfaat,
Salam,
Posting Komentar
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,