Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nekat Ambil KPR atau Kontrak Rumah?

Memilih KPR atau tetap kontrak rumah

Belum punya rumah, sudah menikah, mending ambil KPR atau kontrak rumah? Masalah ini sering menjadi pelik dalam kehidupan rumah tangga. Siapa yang tak ingin punya rumah? Tapi untuk memiliki hunian impian, tak semudah membalik telapak tangan. Terlebih harga properti yang tinggi membuat tidak semua orang punya privilese untuk memiliki rumah tanpa effort besar.

Bagi yang pernah merasakan hidup di Bali sebagai perantau/pendatang, memiliki properti pribadi juga merupakan pencapaian luar biasa. Tak heran ketika pandemi Covid-19 banyak perantau yang memutuskan untuk kembali ke kampung halaman akibat pemdapatan berkurang/macet sementara harga sewa rumah masih terbilang tinggi.  

Properti di Bali Pascapandemi Covid-19

Dilansir dari bisnisbali.com, kondisi dan prospek real estate di Bali pascapandemi covid-19 mulai membaik dan mengalami peningkatan signifikan. Berbagai proyek di Bali mulai berjalan, bahkan tingkat okupansi yang tinggi saat ini membuat banyak pebisnis dan investor beramai-ramai kembali berburu properti di Bali. Padatnya kawasan Seminyak hingga Canggu, bahkan sudah sampai ke perbatasan Tanah Lot, membuat harga sewa dan harga jual properti di sana mengalami peningkatan pesat yang terbilang cukup tinggi.

Dengan banyaknya peminat dan tingginya harga sewa properti di daerah yang menjadi pusat pengembangan pariwisata Bali ini, membuat makin banyak pengusaha properti mengambil peluang untuk mengembangkan usaha properti di Pulau Dewata.

Ambil KPR, Perhatikan Cicilan, Margin, Dll

Banyak orang mengambil "jalan pintas" memiliki hunian impian dengan jalur kredit Pemilikan Rumah (KPR). KPR merupakan fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah.
Ketika memiliki cukup dana untuk down payment (DP) kredit rumah, kita bisa mengajukan KPR ke bank atau melalui developer rumah.

Sebelum mengambil KPR, ada baiknya untuk memastikan besarnya cicilan tiap bulan dan jangka waktu pembayaran. Kita bisa menggunakan kalkulator pembiayaan untuk mengetahuinya terlebih dahulu sebelum menanyakan ke pihak bank.
Kalkulator online ini berbasis di Inggris, tetapi kita tetap bisa menggunakannya dengan penyesuaian harga rumah.
Caranya cukup mudah, ketika membuka home "mortgage calculator" akan langsung muncul kalkulator dan bisa kita isi harga rumah. Otomatis akan muncul berapa cicilan tiap bulannya.

versi mobile

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika akan mengambil KPR

1. Pastikan developer dan marketer-nya adalah orang yang amanah dan sudah memiliki sepak terjang yang baik di bidang properti
2. Banyak kejadian ketika cicilan sudah lunas, sertifikat rumah tidak segera diserahkan kepada pemilik. Baiknya, ketika transaksi disaksikan juga oleh notaris untuk menghindari masalah seperti ini
3. Sebaiknya, kawal proses pembangunan rumah untuk antisipasi adanya kecurangan di lapangan.
4. Ambil KPR syariah agar terhindar dari riba

Keuntungan mengambil KPR, kita bisa menempati rumah selama masa cicilan. Ketika nanti tenornya selesai, rumah sudah menjadi hak milik kita.
Namun, mengambil kredit ibarat kita mengambil masa depan kita. Cicilan tiap bulan yang harus dibayarkan akan mengurangi anggaran di masa depan. Risikonya ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (seperti PHK, misalnya). Untuk itu harus menyiapkan langkah-langkah agar tidak terhenti di tengah jalan sementara rumah belum dimiliki dan dana keluar sudah cukup banyak.

Tetap Ngontrak? Tak Masalah

"Rumahnya kecil."
Saya ingat sekali, seorang teman melontarkan kalimat ini setelah berkunjung ke rumah teman sekelas kami. Saya melongo. Memang, masyarakat desa umumnya memiliki rumah dan halaman yang luas.
Pandangan saya tentang "rumah luas" pun perlahan berubah ketika hidup di kota. Bisa kontrak rumah minimalis (baca: rumah petak) di Bali, sudah merupakan pencapaian buat kami. Di sini, umumnya kapling tanah mulai 1/2 are (50 m2). Bisa memiliki hunian pribadi di Bali adalah pencapaian besar karena tingginya harga properti/real estate. Maka saya selalu ikut bahagia ketika satu persatu kawan membeli rumah. MasyaAllah, tabarakallah.

Tak sedikit yang menyarankan kami untuk ambil KPR. Namun jika dilihat dari pendapatan kami, terlalu memaksakan diri jika nekat mengambil kredit rumah. Mungkin bisa dengan mengambil cicilan paling rendah, tapi sampai kapan tenornya?
Bisa jadi, hal yang sama juga dialami oleh orang yang tetap bertahan kontrak rumah sebelum bisa membeli rumah secara cash atau membangun rumah pelan-pelan.

Alasan Umum Orang Tetap Kontrak Rumah

1. Nyaman dengan lingkungan
Tak sedikit orang yang memilih hunian dengan orang se-frekuensi. Maka di berbagai daerah ada tempat di mana warga pendatang mendominasi.
2. Pendapatan belum mencukupi untuk KPR/Cash
Meskipun terkadang ada orang marketing membantu calon customer dengan memanipulasi data misalnya mark up pendapatan bulanan, sebaiknya hindari. Jika pendapatan belum mencukupi untuk mengambil KPR, lebih bijak untuk bertahan dengan rumah/kamar kontrakan yang sesuai dengan budgeting bulanan
3. Hidup Tidak Tenang Saat Punya Cicilan
banyak motivator bisnis yang menyarankan untuk mengambil utang, konon supaya lebih bersemangat menambah income. Apakah kenyataannya demikian? Tak selalu. Ada karakter orang yang justru bertambah stres ketika memiliki tumpukan utang. Akhirnya memilih untuk hidup tanpa cicilan agar lebih tenang. Jika hati tenang, urusan lain pun bisa lebih ringan dijalani. 
4. Sering Berpindah Tempat
Pegawai yang sering dimutasi, umumnya memilih kontrak rumah dibanding membeli rumah baru di tempat kerja baru. Enaknya sih kalau di setiap penempatan dapat rumah dinas, ya. Sayangnya tidak semua instansi menyediakan rumah dinas sehingga kontrak rumah adalah pilihan terbaik. 

Simpulannya, mau mengambil KPR atau kontrak rumah, sesuaikan dengan kondisi masing-masing. Sebisa mungkin berusaha untuk menghindari riba, misalnya dengan mengambil KPR di bank syariah, atau bertahan dengan menabung untuk membeli rumah secara tunai. Jika pendapatan belum memungkinkan untuk KPR, sebaiknya tunda keinginan tersebut supaya tidak membuat masalah di masa depan dengan pengeluaran yang jauh melebihi pendapatan. Menurut ahli/konsultan keuangan, jika mengambil cicilan, usahakan maksimal 30% dari pendapatan bulanan. 

Tetap tinggal di kontrakan sebelum memiliki hunian impian juga bukan aib. Masing-masing orang memiliki jalan hidupnya, dan titik di mana sekarang berdiri berbeda dengan orang lain. Home is where your heart is

Semoga bermanfaat,

Salam,

4 komentar untuk "Nekat Ambil KPR atau Kontrak Rumah?"

  1. Aku tim "kontraktor", hehe. Belum ada dana untuk beli cash, dan ga yakin kalau ambil KPR karena penghasilan yang tidak tentu. Bagian "seru" dari "kontraktor" adalah ketika harus pindah 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tosss! Sesama kontraktor 😁
      Semangat! Mau kontrak atau punya rumah sendiri, yang penting tetap bahagia dan berkah. Aamiin

      Hapus
  2. Tiap tahun harga tanah dan rumah naik terus ya. Meskipun sekarang masih numpang, semogaAllah mudahkan kita untuk punya rumah sendiri suatu hari nanti 🤲❤️.

    BalasHapus