Tips Cerdas Finansial Sejak Dini di Era Digital
Beberapa bulan yang lalu publik dibuat tercengang dengan kejadian seorang
anak yang menghabiskan lebih dari 11 juta rupiah untuk membeli pernak-pernik game online. Kejadian tersebut di luar
kendali orangtuanya. Menurut si Ibu yang menceritakan kronologi kejadiannya
lewat akun facebook-nya, si Anak
meminjam HP milik papanya lalu berhasil mengakses email dan berujung melakukan pembelian dalam game online yang dia mainkan. Tagihannya melalui provider jaringan telekomunikasi pasca
bayar yang digunakan oleh papanya.
![]() |
Sumber: Roslina Verauli |
![]() |
Sumber: Roslina Verauli |
Kejadian tersebut menyentak orangtua yang terbiasa membiarkan anaknya main game online tanpa pengawasan. Pun menjadi pelajaran bagi kami yang membatasi penggunaan gadget untuk anak dengan sesekali membolehkannya. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan banyak orang yang tidak setuju jika game online/e-sport masuk dalam kurikulum sekolah. Well, memang ada manfaat yang bisa diambil dari e-sport namun masih belum se-urgent itu untuk dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah karena masih bisa dipelajari di luar. Kenyataannya, justru lebih banyak yang terkena dampak negatif dari game online baik yang lupa waktu maupun yang menguras uang.
Hal tersebut merupakan gambaran pentingnya orangtua mengajarkan agar anak
memiliki kecerdasan finansial sejak dini. Seperti yang disampaikan oleh Psikolog Roslina Verauli dalam seminar bertajuk
Cerdas Finansial di Era Digital
bersama Prestasi Junior Indonesia.
![]() |
Sumber: Roslina Verauli |
Dalam seminar yang dihadiri orangtua murid itu Mbak Vera, sapaan Akrab Roslina Verauli menyampaikan gambaran yang terjadi saat ini di mana ada gap yang sangat nyata antara orangtua dengan anak-anak. orangtua milenial kini lebih banyak menggunakan uang dan transaksi digital, cashless sehingga anak pun mengalami kesulitan memahami nilai uang. Contoh kecilnya yang dialami oleh saya sendiri. ketika anak kami, Hasna meminta sesuatu dan kami mengatakan belum ada uang, sekonyong-konyong ia berkata, “Beli uang dulu ke ATM.”
“Anak-anak seolah tanpa beban mengeluarkan uang karena berbagai kemudahan
yang ada,” lanjutnya.
“Selain itu, fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia pada umumnya
adalah hidup konsumtif. Sehingga, pengeluaran tak seimbang dengan pemasukan. Besar
pasak daripada tiang,” ujar psikolog yang wajahnya telah akrab di layar kaca
dalam berbagai talkshow seperti ‘Cerita
Perempuan’ tersebut.
![]() |
Sumber: Roslina Verauli |
Well, pasti kita tidak ingin
generasi kita selanjutnya mengalami kesulitan finansial sebagaimana kita. Namun,
bukan berarti kita juga harus menyediakan semua hal yang dia butuhkan. Lebih penting
adalah memberikan ‘kail’ dan pemahaman pentingnya finansial, investasi, dll
sejak dini sehingga anak bisa mengelola keuangan dengan baik. Banyak kasus
keluarga yang terjerat utang, rentenir, kartu kredit, dll karena kurangnya
kontrol terhadap gaya hidup. Padahal, gaya hidup orangtuanya inilah yang akan
dicontoh oleh anak-anak dan generasi selanjutnya.
![]() |
Sumber: Roslina Verauli |
![]() |
Sumber: Roslina Verauli |
Memahamkan money letaracy
terhadap anak bisa dimulai sejak usia pra sekolah dengan berbagai permainan
sederhana. Tak perlu muluk-muluk asalkan anak bisa memahami. Misalnya dengan
bermain jualan, dll. Makin besar usia anak, makin rumit pula pengajaran yang
diberikan. Namun untuk anak-anak pastilah dengan bahasa yang sederhana sehingga
mudah dipahami.
Semoga anak-anak kita tumbuh menjadi anak dengan karakter yang kuat dan
tangguh serta memiliki kemampuan yang mumpuni. Tak lepas dari semua itu adalah
kemampuan untuk mengelola keuangan. Besar/kecilnya pendapatan yang diterima akan
bisa mencukupi hidup jika pandai mengelola. Lain halnya ketika hanya
memperturutkan gaya hidup, seberapa besar pun pendapatan akan terus kurang
karena pengelolaan yang tidak baik dan gaya hidup yang cenderung ikut naik.
Baca: Prestasi Junior Indonesia Dukung Orangtua dan Anak Cerdas Finansial di Era Digital
Baca: Prestasi Junior Indonesia Dukung Orangtua dan Anak Cerdas Finansial di Era Digital
Salah satu nilai positif yang harus ditanamkan kepada setiap pribadi
dalam keluarga, baik orangtua maupun anak adalah sikap SEDERHANA. Sederhana bukan
berarti seperti orang tak punya, namun bersikap sesuai dengan kemampuan. Lebih bijak
lagi jika bisa hidup di bawah standar gajinya, karena pandai mengelola dan berinvestasi
untuk masa depan. Begitulah kurang lebih yang disampaikan oleh Mbak Vera
sebelum menutup acara.
Semoga bermanfaat, Ayah-Bunda.
Salam,
Aku termasuk salah satu orang yang konsumtif kayaknya harus mulai memanfaatkan diera teknologi yang canggih utk manage money
BalasHapusSama Beb, akupun sering konsumtif. Harus banget ngerem keinginan
HapusBener nie kita harus prepare untuk keuangan masa depan
BalasHapusYuhuuu! Semangat!
HapusWah ini bener banget ka harys prepare jadi mau coba tipsnya aku
BalasHapusSemoga bermanfaat, ya Beb
HapusBenar banget kak. Finansial harus tetap dilakukan biar masa depan makin baik dan juga pendidikan pada anak-anak akan terus berlanjut.
BalasHapusIya, semoga generasi kita hidup lebih baik dibanding kita
HapusBener banget setuju sama kata2nya... Harus cerdas bgt nih ngurus financial ya kitatuh biar gak boros
BalasHapusKadang pengeluaran lebih besar itu karena lifestyle
Hapusaku juga uda ngajari anakku mba permainan financial literacy ini mayan sih dia jadi tahu kalo mau beli mainan mesti nabung dulu wkwkwkwkwk
BalasHapusHuum Mbak, anak kan tahunya orangtuanyanpunya duit terus 😄
HapusWah setuju banget nih aku , finansial emang harus bannget
BalasHapusYup! Wajib banget diajarkan
HapusKadang selalu luput mengajarkam ke anak tentang dasar dari finansial, anak cuma taunya uang aja
BalasHapusIya, kadang gitu, jadinya anak kurang paham soal susahnya nyari duit
HapusWah informatif bgt kak artikelnya, aku jd belajar byk deh tnyg pengaturan finansial
BalasHapusSemoga bermanfaat
HapusUlasannya bermanfaat banget mbak. Memang bener di zaman serba materialistis, kita harus cerdas mengarahkan anak supaya jangan sampe salah langkah.
BalasHapusTantangan mendidik anak makin beragam ya Mbak
HapusWaktu awal nikah suka banget belanja baju buat si sulung, hampir tiap bulan mesti abis gajian langsung ke Sri Ratu. Tapi nggak pernah sih sampai besar pasak. Alhamdulillah tetap bisa nabung untuk kebutuhan darurat.
BalasHapusAnak-anak ini juga aku ajarkan sejak usia dini, harus menabung. Dari uang saku, mereka biasanya bisa mengumpulkan duit untuk membeli barang yang mereka inginkan.
Iya Mbak, aku juga dulu 'terpaksa'begitu 😁
HapusSetuju. Penting banget nih mengajarkan anak agar cerdas financial sejak dini. TFS ya..
BalasHapusSemoga bermanfaat, Mbak
HapusAnakku untuk setahun yang lalu kategori konsumtif apalagi mereka dimanjakan nenek dan saudara. Dulu aku berdalih itu rejeki anak2, maka aku perbolehkan beli apa yang mereka inginkan. Sekarang udah mulai aku perketat dan atur keuangan untuk anak2.
BalasHapusNaitu.. Dulu Hasna juga Mba, apaa2 dibeliin sama Mbahnya,
HapusMending pelajaran seperti kesadaran finansial begini aja ya, yg dimasukin ke kurikulum pelajaran sekolah. Lbh urgent untuk dikuasai.
BalasHapusDaripada game online ya Mbak *eh
HapusEh, aku juga baca berita itu, Mbak.. Gak kebayang lah itu gimana orang tuanya. Memang sudah saatnya kita menganggap pembahasan financial sebagai sesuatu yang gak tabu, yang bahkan harus dikenalkan sejak kecil supaya mereka pun gak 'keblondrok' di masa depan.
BalasHapusHuum ya, jangan sampai kebobolan. Dulu aku nganggap urusan keuangan cukup ortu aja yg tahu. Rupanya penting juga anak tahu dan belajar
HapusSetujuuuuu mb. SEDERHANA. Walau indikator atau standar tiap orang beda-beda dalam memaknai hidup sederhana :)
BalasHapusYup! Standar sederhana tiap orang juga beda, intinya mah sesuai kemampuan aja ya Mbak, hehe
HapusIya, kadang kalau ngga ada duit, kata anak ambil saja di ATM haha, anak-anakku belum dapat uang jajan ni karena di sekolah Ngga ada kantin, udah lumayan ngerti uang sih makasih artikelnya ya Rin
BalasHapusAhahaha. Anak2 sekarang kritis
HapusBener banget nih, aku juga mengalami ketika bilang ga punya uang, si bocah dengan enteng bilang, kan ada ATM tinggal ambil. Ambil duwite sopo emange Nang? :))
BalasHapusLiterasi keuangan memang sudah selayaknya diberikan kepada anak sejak dia sudah bisa memahami konsep datang dan perginya uang.
Iya Mb, biar nggak tahunya belanja aja
HapusAku org yg konsumtif bgt, punya duit ada promo pesawat beliiik, promo sepatu beliiik, aaah pantes gak kaya2 besar pasak drpd tiang jg
BalasHapusAhaha. Ayok dibenahi,aku jg blm pinter soal keuangan
HapusAku kadang jebol banyak juga wkwkkw, tapi alhamdulillah ada yang masuk juga
BalasHapustapi pas udah nikah gini mulai mikir banyak, nabung buat ntaran kalo hamil punya anak pasti kebutuhan banyak ya mba. Makasih sudah diingatkan mba
Huum,kalau udah nikah jadi makin banyak yang dipikirin
HapusIya Rin.. buat aku juga dengan mengajarkan cerdas finansial ke anak itu berarti sedang mengingatkan diri sendiri juga untuk selalu cukup dan sederhana itu.
BalasHapusIya Mbak.. Intinya mah sesuai kemampuan ya, bukan sesuai keinginan 😁
Hapus