Melatih Kepercayaan Diri Anak dengan Berenang di Citraland Waterpark
Daftar Isi
Suatu hari sekolah si Kakak mengadakan outing class ke kolam renang, di Citraland
Waterpark, tepatnya. Kami sempat hunting baju renang untuk Kakak namun belum
dapat dan akhirnya diputuskan untuk mengenakan pakaian olah raga. Namun malam
harinya si kecil Salsa demam sedangkan jadwal kerja ayah hari itu adalah shift
pagi. Otomatis tidak ada yang bisa menemani Kakak berenang, karena kakek dan
neneknya belum mengenal daerah Denpasar.
Keinginan kakak untuk berenang bersama teman-temannya terpaksa dibatalkan,
saya pun meminta izin kepada wali kelasnya kerana Kakak tidak bisa datang,
tidak ada yang bisa menemani.
“Besok-besok waktu ayah libur, kita berenang sama-sama, ya. Ajak Mbah, Ayah,
Bunda dan Adik juga,” saya berusaha menghibur si Kakak yang cemberut, ngambek
karena batal renang.
“Tapi kakak maunya renang sama teman-teman,” katanya sambil menyebutkan
satu-persatu nama teman-teman kelasnya.
“Lain kali insyaALlah bisa main lagi sama teman-teman Kakak. Sekarang
main di rumah dulu sama Bunda dan Adik, gimana?”
“Iya deh, Bunda. Main balok bikin kolam renang, ya?”
Baiklah, akhirnya itulah yang menjadi kesepakatan setelah lobi-lobi dan
berdebat alot.
Maka ketika ada kesempatan untuk pergi ke kolam renang, kami pun tidak
menyia-nyiakannya. Rencana awal kami ingin ke Karangasem, namun kakek dan
neneknya tidak setuju. Keputusan finalnya kami akan pergi ke Bedugul dan ke
Citraland Waterpark.
Mengatahui akan pergi berenang, si Kakak tidak sabar dan berkali-kali
bertanya kapan sampai di kolam renang, padahal kami dalam perjalanan menuju
Bedugul. Pun ketika di sana dan perjalanan kembali ke Denpasar, ia tak henti
ngoceh seputar berenang.
Begitu sampai di depan kolam renang dan si ayah masih mencari tempat
untuk parkir, si kakak berteriak kegirangan tak sabar untuk segera bermain air.
Pelampung dan botol minuman tak lepas dari tangannya.
Kami pun segera menuju loket pembelian tiket. Waktu itu kami datang masih week
days menjelang liburan anak sekolah. Jam buka Citraland Waterpark di hari
biasa adalah pukul 14.00 – 18.00 WITA. Sedangkan di akhir pekan atau hari-hari
khusus buku pukul 09.00 – 18.00 WITA. Harga tiket 35 – 50 ribu rupiah dengan
tinggi minimal 85 cm. Jadi anak-anak dan dewasa biayanya sama, yes! Kami berenam membayar 5 tiket
kecuali baby Salsa yang masih digendong.
Di sana juga tersedia persewaan loker dengan biaya 10 ribu/jam, namun
behubung kami mengajak kakek dan nenek yang tidak berniat main air, mereka
dengan senang hati menunggu dan menjaga barang-barang kami. Oia, jika masuk ke
Citraland Waterpark juga dilarang membawa makanan dari luar. Hanya dibolehkan
membawa botol minum air putih dan makanan/minuman bayi. Jika terasa lapar, kita
bisa membeli makanan yang tersedia di kantin kolam renang.
Ketika masuk kolam renang, sudah memasuki waktu salat ashar. Saya pun
segera mencari mushalah dengan bertanya kepada petugas di loket pembelian
tiket. Saya menuju salah satu sisi pojok watrepark sesuai instruksinya. Saya dapati
ada mushalah kecil di sana, mushalah yang sepi dan tepat di depannya berdiri
pura kecil. Tak menunggu lama saya
segera salat dan bergantian menjaga anak dengan si Ayah.
Sampai di kolam renang, rupanya si Kakak sedang negosiasi dengan ayahnya.
“kenapa, Yah?”
“Itu, Kakak nggak mau naik perosotan lagi. Tadi nyoba sekali, tapi karena
terlalu cepat kakak jadi takut.”
“Hm... Kakak takut? Bukannya itu menyenangkan, ya? Tuh lihat deh banyak yang antre mau main perosotan,” kata saya sambil menunjuk wahana bermain anak dengan tema pirates dan dilengkapi dengan 2 waterslider serta ember tumpah.
“Hm... Kakak takut? Bukannya itu menyenangkan, ya? Tuh lihat deh banyak yang antre mau main perosotan,” kata saya sambil menunjuk wahana bermain anak dengan tema pirates dan dilengkapi dengan 2 waterslider serta ember tumpah.
“Iya, cepat sekali merosotnya, Bunda...” kata si kakak patah semangat.
‘Yuk, lihat lagi ke sana, yuk!”
“Tapi Kakak nggak mau naik lagi...”
“Kenapa?”
“Masih takut...”
“Ayok, Kakak pasti berani. Sayang loh, tadi masuk ke sini bayar. Kalau kakak
Cuma main nyemplung di air aja, besok-besok renang di tempat yang lain aja,
gimana?”
Mendengar itu, si Kakak mulai luluh.
“Tapi ditemenin Bunda ya? Main perosotannya bareng sama Bunda...”
bujuknya.
“Hm.. nggak bisa, Kak, mmaf ya. Itu ada tulisan kalau mainan ini hanya
boleh buat anak-anak. Orangtua nggak boleh ikut naik.”
“Tapi itu ada yang ditemenin ayah sama bunda-nya...” kata si kakak
menunjuk seorang anak yang main waterslider di wahana anak ditemani ayah dan
ibunya.
“Hm... tapi dilarang, Kak. Artinya
tidak boleh kecuali masih kecil. Gimana kalau Bunda temani sampai tangga? Trus nanti
setelah Kakak naik, Bunda tunggu di ujung perosotan. Kakak pasti berani.”
“Yaudah deh, Kakak mau main lagi...”
Saya pun menemaninya hingga dia naik tangga. Buru-buru saya meluncur ke
ujung perosotan agar telah siap di sana ketika si Kakak sampai di bawah.
“Yeaaaay! Asyik, Bunda....!” teriaknya.
Alhamdulillah, dia mulai berani lagi bermain air di kolam yang dangkal
tanpa pelampung dan berani main waterslider. Cukup ada kemajuan meskipun masih
sedikit. Sebelumnya, begitu main air meskipun dangkal ia akan menggunakan
pelampung dan tidak berani main perosotan. Lambat laun mulai berani dan tumbuh
percaya dirinya, meskipun kami harus mendorongnya kuat-kuat.
Menurut Bunda Aulia, praktisi psikologi klinis anak, salah satu cara untuk melatih rasa percaya diri anak adalah dengan mengajaknya berenang. Saat berenang,
seluruh anggota tubuh anak bergerak aktif dan ia pun menghadai berbagai
permainan serta orang baru. Di sini peran orangtua untuk memberikan stimulasi
juga sangat penting.
Bosan bermain di wahana anak, si kakak bersama ayah mencoba ke wahana
dewasa. Awalnya ayah ingin mengajak kakak mencoba waterslider dewasa yang cukup
tinggi. Namun petugas kolam renang melarangnya, sangat riskan membawa anak
kecil karena ia bisa melambung dan jatuh terutama saat berbelok. Karena dilarang,
ayah pun hanya mengajak kakak naik pelampung donat dan mendorongnya berkeliling
wahana dewasa.
Saya tak ketinggalan ingin mencoba ke sana, karena ada jacuzzi dan airnya hangat. Baby Salsa yang awalnya agak rewel di
wahana anak, merasa nyaman di arena jacuzzi.
Saya pun hanya duduk-duduk di sekitarnya.
Menjelang pukul 17.30, terdengar pengumuman dari pengeras suara bahwa
dalam waktu sekian menit air dan seluruh permainan akan dimatikan. Kami pun
bersegera menuju ruang ganti untuk membersihkan diri dan berganti pakaian
kering. Pukul 17.30 semua dimatikan dan suasana mulai sepi.
Kamar mandi dan ruang ganti yang tersedia di Citraland Waterpark cukup bersih,
meskipun ada beberapa pintu toilet yang telah rusak gerendelnya.
Sebenarnya, wahana yang tersedia kurang komplit, tapi sudah cukup untuk
sekadar mengisi liburan bersama keluarga. Tempatnya pun tidak terlalu luas
sehingga saat week end atau peak season dipadati pengunjung. Lebih enak
jika ke sana saat weekdays.
Well, secara keseluruhan sudah cukup oke, saya beri nilai 7/10 deh. Hehe.
Oke, itu dia ulasan seputar Citraland Waterpark Denpasar yang bisa
menjadi tujuan wisata dan sarana untuk memberikan stimulasi untuk anak-anak.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,