Mengatasi Pusar Anak yang Basah dan Merah
Daftar Isi
Assalamualaikum, Ayah Bunda.
Semoga selalu sehat dan dalam lindungan Allah.
Kesibukan ngurus balita dan bayi membuat banyak hal yang ingin saya tuliskan dan bagi di blog ini terbengkalai. Tak apalah, masa-masa si Kecil tidak akan terulang namun saya masih bisa mengingat beberapa momen yang ingin saya ceritakan. Saya bisa menyimpannya lewat catatan-catatan kecil yang suatu saat bisa saya buka lagi.
Salah satunya adalah pengalaman saat pusar Baby Salsa tiba-tiba basah dan memerah. Ini benar-benar pengalaman baru karena saya tidak punya pengalaman serupa saat si Kakak masih bayi.
Pusar Bayi Merah, Wajar atau Bahaya?
Beberapa hari pusar Baby Salsa memerah dan basah, saya berusaha untuk tidak panik dan menelusuri kemungkinan penyebabnya. Setelah sehari diamati, ternyata pusarnya tidak benar-benar basah sehari penuh. Basah hanya saat pagi dan sore hari terutama setelah mandi.
Setelah tiga hari tidak ada kemajuan dan justru menjadi lebih basah, saya pun ke puskesmas untuk imunisasi sekaligus konsultasi kondisi pusar Baby Salsa. Oia, waktu itu telinga Salsa juga basah dan memerah persis seperti pusarnya. Namun saya yakin bukan karena alergi makanan yang saya konsumsi karena sebelumnya tidak pernah ada alergi apapun.
Sampai di puskesmas seperti biasa kami harus melalui prosedur pendaftaran dan antre di depan KIA. Karena saya datang sekitar pukul 9, antrean di KIA telah mengular dan saya pun harus bersabar menunggu baby Salsa dipanggil.
Alhamdulillah, setelah menunggu sekian lama akhirnya dipanggil juga. Sebelum diberi vaksin, Salsa terlebih dahulu harus ditimbang, diukur panjang badan, lingkar kepala dan lingkar lengan. Bidan pun memastikan suhu tubuh bayi dalam kondisi normal dengan termometer.
"Maaf Bu, ini pusar bayi saya basah dan merah, telinganya juga. Kira-kira bagaimana ya?"
Bidan pun urung menyiapkan vaksin karena melihat pusar baby Salsa yang merah dan basah.
"Saya buatkan rujukan untuk ke dokter dulu ya Bu, nanti saya antar ke ruangan dokter,"
Dan jantung saya semakin kencang berdetak sembari mengekor Bidan menuju ruang praktik dokter puskesmas.
"Kenapa ini?" tanya dokter dengan wajah datar begitu saya masuk dan duduk di kursi.
"Pusarnya basah, Dok,"
Sejurus kemudian dokter memeriksa pusar dan telinga Baby Salsa, lalu bersiap menyiapkan resep.
"Ibu habis makan seafood?"
"Iya, Dok!"
"Alergi ini!"
"Tapi sebelum-sebelumnya saya juga biasa makan seafood dan tidak pernah terjadi seperti ini, Dok."
Ekspresi dokter berubah menjadi lebih serius dan beliau pun mengangkat kedua tangan dengan makna beliau menyerah.
Bidan kembali menggiring saya ke KIA sembari menganjurkan saya untuk periksa ke dokter anak.
Gestur dokter yang tidak saya ketahui namanya itu sungguh membuat saya sport jantung. Saya semakin khawatir dengan kondisi Salsa.
Maka setelah berunding dengan suami, kami pun memutuskan untuk konsultasi dengan DSA. Sayang tidak ada jadwal dokter siang itu di RS tempat lahir Salsa sehingga kami harus menunggu sampai sore hari.
Setelah menunggu sekian lama karena jadwal praktik dokter sore itu diundur, nama Salsa pun dipanggil.
Dokter pun memeriksa kondisinya, beliau mengatakan tidak ada hal yang harus dicemaskan karena itu hal yang biasa. Kemungkinan karena kontak atau infeksi saat dibersihkan. Pun dengan telinganya, hanya karena alergi kontak (area belakang telinga lembab).
Alhamdulillah, dokter meresepkan salep yang harus saya oleskan ke pusar baby Salsa setelah mandi. Salep berupa antibiotik untuk mencegah infeksi semakin parah.
Setelah saya ingat-ingat, rupanya saya pernah gemes dengan kotoran hitam-hitam yang ada di pusar Salsa. Saya berusaha mengambilnya dengan tangan tapi tak bisa. Akhirnya saya ambil cotton buds, saya beri baby oil lalu saya sapukan ke pusar Salsa untuk mengambil kotorannya. Sukses! Kotorannya bisa diambil, pusar Salsa bersih tapi dapat bonus pusar memerah dan basah setelah beberapa hari.
Dokter pun menyarankan tidak usah mengorek-orek pusar. Cukup dibersihkan dengan disiram air saat mandi. Untuk bagian belakang telinga pun sama, cukup dibersihkan berbarengan dengan mandi.
Setelah tiga hari tidak ada kemajuan dan justru menjadi lebih basah, saya pun ke puskesmas untuk imunisasi sekaligus konsultasi kondisi pusar Baby Salsa. Oia, waktu itu telinga Salsa juga basah dan memerah persis seperti pusarnya. Namun saya yakin bukan karena alergi makanan yang saya konsumsi karena sebelumnya tidak pernah ada alergi apapun.
Sampai di puskesmas seperti biasa kami harus melalui prosedur pendaftaran dan antre di depan KIA. Karena saya datang sekitar pukul 9, antrean di KIA telah mengular dan saya pun harus bersabar menunggu baby Salsa dipanggil.
Alhamdulillah, setelah menunggu sekian lama akhirnya dipanggil juga. Sebelum diberi vaksin, Salsa terlebih dahulu harus ditimbang, diukur panjang badan, lingkar kepala dan lingkar lengan. Bidan pun memastikan suhu tubuh bayi dalam kondisi normal dengan termometer.
"Maaf Bu, ini pusar bayi saya basah dan merah, telinganya juga. Kira-kira bagaimana ya?"
Bidan pun urung menyiapkan vaksin karena melihat pusar baby Salsa yang merah dan basah.
"Saya buatkan rujukan untuk ke dokter dulu ya Bu, nanti saya antar ke ruangan dokter,"
Dan jantung saya semakin kencang berdetak sembari mengekor Bidan menuju ruang praktik dokter puskesmas.
"Kenapa ini?" tanya dokter dengan wajah datar begitu saya masuk dan duduk di kursi.
"Pusarnya basah, Dok,"
Sejurus kemudian dokter memeriksa pusar dan telinga Baby Salsa, lalu bersiap menyiapkan resep.
"Ibu habis makan seafood?"
"Iya, Dok!"
"Alergi ini!"
"Tapi sebelum-sebelumnya saya juga biasa makan seafood dan tidak pernah terjadi seperti ini, Dok."
Ekspresi dokter berubah menjadi lebih serius dan beliau pun mengangkat kedua tangan dengan makna beliau menyerah.
Bidan kembali menggiring saya ke KIA sembari menganjurkan saya untuk periksa ke dokter anak.
Gestur dokter yang tidak saya ketahui namanya itu sungguh membuat saya sport jantung. Saya semakin khawatir dengan kondisi Salsa.
Maka setelah berunding dengan suami, kami pun memutuskan untuk konsultasi dengan DSA. Sayang tidak ada jadwal dokter siang itu di RS tempat lahir Salsa sehingga kami harus menunggu sampai sore hari.
Setelah menunggu sekian lama karena jadwal praktik dokter sore itu diundur, nama Salsa pun dipanggil.
Dokter pun memeriksa kondisinya, beliau mengatakan tidak ada hal yang harus dicemaskan karena itu hal yang biasa. Kemungkinan karena kontak atau infeksi saat dibersihkan. Pun dengan telinganya, hanya karena alergi kontak (area belakang telinga lembab).
Alhamdulillah, dokter meresepkan salep yang harus saya oleskan ke pusar baby Salsa setelah mandi. Salep berupa antibiotik untuk mencegah infeksi semakin parah.
Setelah saya ingat-ingat, rupanya saya pernah gemes dengan kotoran hitam-hitam yang ada di pusar Salsa. Saya berusaha mengambilnya dengan tangan tapi tak bisa. Akhirnya saya ambil cotton buds, saya beri baby oil lalu saya sapukan ke pusar Salsa untuk mengambil kotorannya. Sukses! Kotorannya bisa diambil, pusar Salsa bersih tapi dapat bonus pusar memerah dan basah setelah beberapa hari.
Dokter pun menyarankan tidak usah mengorek-orek pusar. Cukup dibersihkan dengan disiram air saat mandi. Untuk bagian belakang telinga pun sama, cukup dibersihkan berbarengan dengan mandi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk merawat pusar Bayi:
1. Cukup dibersihkan dengan air hangat saat mandi (kondisi tali pusar sudah putus dan pusar sudah normal)2. Hindari terlalu sering kontak dengan tangan/debu/kotoran lainnya. Bilas dengan kapas yang dibasahi air hangat jika pusar terkena kencing/pup bayi
3. Hindari mengorek-orek pusar untuk membersihkannya
4. Jika sampai basah dan merah, terlebih dahulu observasi sendiri barangkali bayi mengalami alergi dengan makanan yang dikonsumsi Bunda.
5. Jika masih basah dan merah hingga beberapa hari dan tidak ada riwayat alergi, segera konsultasikan ke dokter anak
Semoga bermanfaat, ya Ayah Bunda. Sengaja saya tidak menyebutkan salep apa yang diberikan karena harus dengan resep dokter.
Semoga ananda sehat selalu.
Salam,
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,
Nah kalo anak pertama dlu belekan parah, kata orang2 tua itu aku kebanyakan makan sambal. Buset dah ah 😀. Ternyata itu karena banyak org njenguk tapi ga steril, bawa debu main kecup sana sini. Ga pake cuci tangan pula. Hadeuhhhh.