Tips Mudik Aman dan Nyaman Bersama Balita
Daftar Isi
Bismillahirrahmanirrahim,
Ayah-Bunda, lebaran memang masih lama, dan arus mudik masih akan terasa
berbulan-bulan lagi. Namun aroma kampung halaman rasanya sudah menari-nari di
ingatan. Terbersit lagu kenangan menanti mudik saat masih berstatus mahasiswa,
lagu melayu ‘Balik Kampung’ yang selalu dinyanyikan oleh salah satu teman kos
yang berasal dari Kepulauan Riau.
Pun mudik tak hanya identik dengan hari raya idul fitri saja, karena
sebagai anak kita punya kewajiban untuk birrul
walidain dengan mengunjungi orangtua
sesering mungkin kita bisa. Tentunya bagi ayah-bunda yang tempat tinggalnya
masih memungkinkan untuk sering-sering bertandang ke rumah orangtua. Bagi yang
tinggal berjauhan terlebih luar pulau atau luar negeri, saat ini bisa
memanfaatkan teknologi yang ada untuk menyambung silaturrahim.
Saya saja yang hanya berjarak Semarang – Wonosobo belum tentu tiap 2
bulan sekali bisa pulang kampung, hiks. Sedih rasanya mengingat hal ini.
inginnya setiap saat bisa bertemu dengan orangtua dan menghibur mereka dengan
keberadaan dan keceriaan cucu, namun kondisi belum memungkinkan.
Hm.. apapun, adalah rejeki yang harus disyukuri. Sudah mudik atau belum
berkesempatan mudik tentu banyak hikmah di baliknya. Terlebih mudik bersama
balita, seringkali yang menjadi pertimbangan bukan hanya waktu dan biaya,
tetapi keselamatan dan kenyamanan balita yang ikut serta. Karena jika tidak,
bisa menimbulkan masalah panjang, tidak hanya sikecil yang mengalami stress
tetapi orangtuanya pun akan mengalami hal yang sama.
Sangat tidak nyaman kan ya, jika pulang kampung waktunya bersilaturrahim
tapi malah kondisi satu keluarga kurang fit, sikecil rewel, dan sebagainya.
Alhamdulillah, beberapa kali kami mudik (lebaran dan bukan lebaran) bersama
Hasna. Pertama kali kami melakukan perjalanan ke Wonosobo saat dia berusia 3
bulan. Lalu mudik lebaran waktu usianya 5 bulan dan yang ke dua kalinya usia
kurang lebih 1,5 tahun. Selanjutnya kami semakin merasa mudah dan terbiasa saat
pulang kampung bersamanya.
Meskipun mudik kami tidak jauh dan hanya butuh waktu sekitar 4 jam
perjalanan, tetapi jalur yang kami lewati adalah jalur cukup ramai sehingga
sangat mungkin terjadi kemacetan panjang. Ya, kami hanya mudik Semarang –
Wonosobo, tapi tetap saja mulai dari persiapan sampai tiba di kampung merupakan
perjalanan yang penuh perjuangan.
Saya share pengalaman persiapan
mudik saya ya, Ayah-Bunda.
1. Rencanakan Mudik Jauh-jauh Hari
Ini khususnya untuk mudik saat idul fitri. Jika tidak memikirkan waktu
yang tepat, bisa-bisa akan terjebak macet berjam-jam di perjalanan.
Terlebih jika menggunakan pesawat terbang/kereta api, jauh-jauh hari jika
tidak memesan tiket pasti akan kehabisan. Pengalaman beberapa teman, begitu PT
KAI membuka pemesanan online tiket mudik lebaran mereka harus berjuang dan
melek di depan komputer untuk berebut memesan tiket tersebut. Tentu, demi
menumpahkan rasa rindu kepada kedua orangtua dan kerabat di rumah apalagi yang
kondisinya tidak memungkinkan untuk sering pulang.
Saya biasanya mudik dengan roda empat atau roda dua, cukup simpel
sebenarnya. Hanya perlu mencari pinjaman mobil (dan bisa juga jadi masalah jika
mencari pinjaman menjelang idul fitri atau saat long week end dan musim liburan sekolah).
Periksa kendaraan, jika perlu servis sebelum berangkat |
2. Periksa Kendaraan
Baik menggunakan kendaraan pribadi roda empat maupun roda 2, pastikan
kendaraan dalam kondisi prima untuk menempuh perjalanan cukup panjang. Sebaiknya,
servislah kendaraan tersebut sebelum digunakan, karena jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan selama perjalanan pastinya akan sangat menghambat.
Jika kendaraan dalam kondisi baik, perjalanan pun akan lebih lancar dan
nyaman kecuali ada faktor tak terduga yang tidak terprediksi.
Pastikan barang yang dibawa lengkap, tapi praktis |
3. Persiapkan Barang Bawaan Selengkap
dan Sepraktis Mungkin
Mudik membawa balita, memang lebih repot dibanding hanya orang dewasa
atau anak-anak yang sudah cukup besar. Perlengkapan balita yang seabrek dan terasa penting semua itu
harus kita bawa. Memang paling repot adalah saat harus naik motor atau naik bis/shuttle.
Barang bawaan harus praktis agar kita tidak makin direpotkan dengan
beberapa tas yang harus diperhatikan. Sebaiknya, cukup membawa koper ukuran
kecil/sedang yang bisa menampung perlengkapan bayi selama 3 hari (di kampung
bisa mencuci namun antisipasi jika pakaian tidak kering), pakaian dewasa
setidaknya 2 hari, dan perlengkapan lain yang diperlukan baik toiletries maupun
pernak-pernik lainnya.
Koper atau travel bag tersebut bisa dimasukkan ke dalam bagasi, sedangkan
perlengkapan dalam perjalanan bisa kita masukkan ke dalam tas yang mudah dibawa
dan dijangkau. Kalau saya sih lebih suka menggunakan diaper bag atau tas wanita
yang simpel tapi bisa memuat cukup banyak barang. Mulai dari perlengkapan bayi,
minuman, camilan, dll.
Sekarang model diaper bag pun sangat bermacam-macam dan fashionable. Saya
sering window shopping ke marketplace
dan menemukan harga tas wanita yang
cukup reasonable. Tas-nya jenis diaper bag lho, hanya modelnya cantik
seperti tas wanita pada umumnya. Kece sekali, tapi saya belum berkesempatan
membelinya. Hehe.
4. Perhatikan Kenyamanan Anak
Jika anak nyaman, maka perjalanan pun akan terasa lebih lancar dan aman. Kenyamanan
anak-anak bisa disiasati dengan membawa mainan/buku kesukaan, sering-sering
berhenti dan beristirahat jika membawa kendaraan pribadi, menggunakan pakaian
favorit dan nyaman serta menyererap keringat, dll.
5. Gunakan Pakaian yang Nyaman
Menggunakan pakaian yang nyaman juga berlaku untuk orangtuanya. Jika
kondisi panas, gunakanlah pakaian yang menyerap keringat dan tidak ribet
dikenakan dalam perjalanan. Jika tidak, bisa-bisa perjalanan menjadi berantakan
karena emosi yang tidak stabil.
Bisa saja kan, anak rewel dan orangtua pun kegerahan jadinya makin
menjadi tak karuan dan bisa memicu pertengkaran. Jika sudah begitu, perjalanan
menjadi berat dan terasa makin lama.
Bunda yang berhijab juga harus memperhatikan hal ini. Perlukah membawa
nursing apron jika bayi masih menyusui, atau cukup menggunakan hijab biasa yang
bisa menutupi. Saat ini, model hijab terbaru sangat banyak inovasinya
mulai dari modelnya, fungsinya, bahannya, sampai cara mengenakannya.
Bahan katun/kaos yang menyerap keringat dengan model instan akan membuat
Bunda lebih mudah tanpa kehilangan momen untuk tampil fashionable. Ibu menyusui
atau ibu dengan balita juga boleh tampil
kece kan? Harus malah, terutama saat di depan suami.
Aktifkan alat komunikasi sepanjang perjalanan |
6. Usahakan Alat Komunikasi Selalu
Menyala
Smartphone yang kita gunakan akan sangat membantu perjalanan kita
terutama jika menggunakan kendaraan pribadi. Jika sewaktu-waktu mendapati hal
yang tak diinginkan seperti macet atau ban bocor, kita bisa menghubungi
orang/kenalan terdekat atau browsing apa yang kita butuhkan.
Alat komunikasi juga berfungsi saat tersesat atau macet dan harus
melewati jalur alternatif yang belum pernah dilalui sebelumnya.
Itu dia beberapa tips mudik dari saya, Ayah-Bunda. Semoga bermanfaat ya,
selamat menyiapkan mudik rutin maupun mudik idul fitri-nya.
Salam,
Baca juga: Tips Memilih Pemancingan yang Aman untuk Balita
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,