Saat Anak ‘Menghilang’, Hati Bunda Serasa Melayang
Assalamu’alaikum, Ayah-Bunda.
Ada yang punya anak aktif tipe petualang? Toss dulu! Artinya saya punya
teman *wink*
Emmm.... punya pengalaman si Kecil ‘kabur’ nggak bun? Hiks. Beberapa waktu
yang lalu Hasna pergi ke tempat kami biasa menunggu angkutan umum, dan tadi
pagi dia ‘kabur’ lebih jauh dari biasanya. *cry*
Pagi tadi saya diminta bantuan oleh seorang teman untuk mengisi pelatihan
seputar internet dan blogging. Berhubung teman saya ini pengelola PAUD, maka
training ditempatkan di PAUD-nya.
Saya datang dibonceng suami bersama si Kecil Hasna yang rencana akan
dibawa ayahnya setelah mengantar. Rupanya, sampai di PAUD dia tertarik dengan
aneka mainan di sana dan memutuskan untuk ikut bunda saja. saya berusaha
membujuk Hasna untuk ikut ayahnya, karena
kami hanya bertiga, dua orang panitia izin karena harus keluar kota. Tentu,
saya paham bagaimana Hasna sehingga jika tidak ada yang benar-benar fokus
menghandle-nya khawatir dia akan ‘lari’ sesuka hatinya.
Well, akhirnya dia tetap bersama saya di PAUD dan asyik bermain perosotan
dengan beberapa anak yang tinggal di sekitar PAUD. Remaja peserta pelatihan
belum berdatangan, dan kami sibuk menyiapkan LCD proyector yang cukup sulit
beradaptasi dengan lappy saya. Hasna asyik keluar-masuk PAUD dan sibuk dengan
mainan yang sudah disediakan oleh teman saya. Menggunting, menggambar,
memainkan puzzle, lalu sesekali keluar lagi main perosotan, kembali lagi ke
dalam, dan seterusnya. Kami masih disibukkan dengan LCD sambil sesekali
mengawasi Hasna yang masih terlihat dalam jangkauan mata.
Pagar PAUD dalam konsisi tertutup namun tidak terkunci karena baru
diperbaiki. “Ah, agak berat paling Hasna nggak bisa buka,” batin saya
menenangkan diri saat menutup pintu pagar dan mengajak Hasna masuk ke dalam
PAUD.
Setelah LCD selesai tersetting, rupanya Hasna tak lagi terlihat di
sekeliling PAUD. Pagar dalam kondisi tertutup. Saya pun keluar dan melihat
sekeliling PAUD sembari memanggilnya, sembari bertanya ke beberapa warga yang
berada di teras dan luar rumah. Sayang, banyak yang tidak melihat hasna
berkelebat. Pun dengan tetangga sebelah PAUD yang sedang bercengkerama dengan anank-anaknya.
ilustrasi |
Berlari ke sana kemari seputar komplek dan tak menemukan sosok si Kecil,
rasanya sudah panik tak terperi. Kaki terasa seperti terbuat dari jelly yang
hampir tak bisa menapak, tapi saya paksakan untuk terus berjalan setengah
berlari dan bertanya ke setiap orang yang berada di luar rumah.
Sampai seorang bapak yang membawa gerobak pasir mengatakan “Tadi ada anak
kecil pakai rok kuning ke arah tanggul.”
Tak menghiraukan apa-apa lagi saya berusaha berlari menuju tanggul. Tepat
di pertigaan gang-tanggul itulah saya berpapasan dengan teman yang membawa
motor dan meminta saya kembali lagi ke PAUD mencari lagi di seputarannya. Beliau
yang akan berusaha mencari sepanjang tanggul. Oia, tanggul itu sebutan warga
sekitar untuk jalan raya yang tepat berada di pinggir sungai kanal banjir.
Sedari tadi pikiran saya panik
tidak keruan. Mengingat berbagai berita tentang kasus penculikan dan pelecehan
anak yang sadis. Belum lagi, saya tidak mengenal warga sekitar PAUD yang
katanya banyak premannya. Duuh... hati tak henti mendoakan keselamatan si
kecil, agar Allah menjaganya dan menjauhkannya dari gangguan orang.
Sampai di PAUD lagi, rumanya banyak ibu berkerumun dan terlihat Hasna
berdiri dengan wajah bingung. Seorang bapak yang mengendarai sepeda motor dan
berpapasan dengan saya berteriak “Itu anaknya sudah ketemu Bu!”
Rupanya benar, itu Hasna. Tengah berdiri di tengah kerumunan ibu-ibu dan
ada dua orang yang naik motor tapi berhenti di sana.
“Tadi adiknya sampai gang 3 sana, kebetulan pas lewat sini saya heran ko
ada keramainan apa? Kata ibu-ibu ada anak kecil yang hilang pakai jilbab
kuning. Nah, pas tadi sampai sana lihat si Adik ini jalan, diikutin sama
bapak-bapak yang lagi mancing. Trus saya ajak nggak mau, katanya mau ke Ayah, dia
masih mau jalan terus akhirnya saya gendong paksa bawa ke sini,”
“Duuh... makasih banyak ya Mba... “ hanya itu yang bisa saya ucapkan ke
mereka berdua yang kemudian melanjutkan perjalanan mereka.
“Hasna tadi mau ke mana?”
“Mau ke Ayah, Bunda... hasna mau Ke Ayah..”
“Lewat mana?”
“Lewat situ... pertigaan,” katanya dengan suara cadel khas-nya, dengan
gaya innocent seolah tak terjadi
apa-apa sebelumnya.
Alhamdulillah... syukur tak terhingga setelah dia diketemukan dan tak ada
hal buruk yang terjadi padanya.
Benar, ini menjadi semacam pengingat buat saya bahwa saya puna anak aktif
yang hampir tak bisa dibiarkan lepas dari pandangan mata karena secepat kilat
lengah, dia telah jauh berjalan setengah berlari.
Tak hanya satu kali ini sebenarnya, karena sebelumnya dia pun pernah ‘kabur’
saat diajak ngaji ataupun di rumah.
Namun kejadian terakhir ini yang sangat menohok. Beberapa hari kemarin
mungkin saya terlalu banyak nyuekin hasna karena menyiapkan materi pelatihan,
hiks. Maafkan bunda ya Nak...
Dan entahlah, sepertinya memang saya yang belum punya ilmu untuk mengimbangi Hasna dengan jiwa petualangnya berikut
energinya yang besar sekali.
Hampir setiap pagi sebenarnya si ayah mengajaknya jalan kaki atau kadang
naik motor keliling komplek, dan sore hari saat saya tidak ada acara, saya
temani hasna main bersama anak-anak tetangga.
Fyuuh... oke, saya harus berdamai dengan keadaan dan harus lebih intens bersama
Hasna.
Dan tadi ada yang memberi masukan untuk sounding kepada sikecil jika
pergi ke suatu tempat lalu terpisah dengan ayah/bunda maka dia harus kembali ke
tempat terakhir bersama mereka. Hm... make sense juga. Semoga bisa diterapkan
ke Hasna juga.
Ayah-Bunda ada saran bagaimana mengatasinya?
Terimakasih,
Salam,
Anaknya enerjik ya, Mbak? Terus terang, bingung mau kasih saran apa. Tapi pasti sedih dan bingung juga kalau saya berada di posisi seperti itu.
BalasHapusAduh, nggak bisa bayangin, Mbak. :(
BalasHapusBerarti harus diawasi penuh ya, Mbak?
BalasHapusKata ibuku dulu, kecilku juga suka ngilang gitu, Mbak. Padahal juga cuma di sekitaran aja
BalasHapusDuh, was2 kalau tinggal di jalan besar itu ya kaya gitu. Apalagi si kecil suka tiba2 lari. Mana kenceng pula.
BalasHapusIkut gemeteran bacanya Mbak. Nggak bisa ngebayangin deh kalau terjadi apa-apa. Tapi syukur alhamdulillah Hasna anak yang pintar.
BalasHapusWah untung ketemu ya mbak, harus sering diajak jalan, tapi dijelasin bahwa harus pulang atau jangan jauh-jauh dari ayah bundanya, gimana ya prakteknya, di PAUD atau TK biasanya gurunya punya metoda ajar gini
BalasHapusWalah mbaaak apa jilbB kuning memicu anak untuk bertualang yaa...
BalasHapusMedina pas ilang di swalayan juga pake jilbab kuning.
Sekarang klo ada tontonan yang seperti anak ketemu orang asing tak kaitkan sama kejadian hilangnya dia.
Trus tak belikan buku ttg menjaga diri dari orang asing, mahal je tapi bagus dia ngerti banyak hal menjaga diri dan soal edukasi sex.
Ya Allah, paniknya ngga bs bayangin. Aku pernah jg. Pas 17 san, ada pasar malam rame banget. Anakku ngilang huhuhu. Emaknya asik gireng mendoan buat buka puasa mbk. Ntah tahun brapa deh lupa. Lemessss banget. Tyt anakku ikut nongkrong ma polisi2 di depan kantor polisi
BalasHapusbisa bayangin kayak apa paniknya mbak :(
BalasHapusThifa sama Faris anaknya mak uniek pernah rin, main agak jauh dr rumah trus gatau jalan pulang, untung ketemu, udah mau dibawa bapak2 naik.motor, mau diantar plg sih katanya tp kan kalo gatau jalan ya bisa makin jauh aja
BalasHapusWehehee mau cerita soal Faris udah keduluan Rahmi. Itu tadi klo saran utk anak agar kembali ke tempat terakhir bersama ayah bundanya ya belum tentu bisa juga yaaaa untuk si anak. Lha itu anakku aja bingung mau balik ke rumah sendiri, padahal cuma 1 pengkolan dari rumah :)
BalasHapusanakku lala pernah ngilang di mall mbak ...tidak sampai lapor satpam sih untungnya. tp kita udh bingung banget.ternyata dia lagi lihat2 bando, dia memang suka pernak pernik kek gitu
BalasHapusWaduuh....pasti kayak ilang atine ya mbak. Pernah juga hampir lolos si Rara, waktu belajar jalan..tahu2 dia udah di jalan raya, padahal jalannya belum lancar. Wes...marai ilang atine.
BalasHapusMungkin kitanya kali ya yang mesti ekstra mata mbaknya, walaupun gak menutup kemungkinan juga kalo kita pernah lalai, komitmen sama anak nomor satu sih mbak, deal-deal-an.
BalasHapusSalam,
Syanu.
Faiq juga pernah Mbak "ngilang" sama temennya pas dia umur 2 taun. Hemm.. deg-degan banget pokoknya, ya.
BalasHapusSarannya, sih, ya harus diawasi terus, Mbak. Dibilangin juga, gak boleh jauh2 dari kita ortunya. Kalo ikut acara sekolahan, juga dipesenin supaya gak jauh2 sama guru/pendampingnya.