Perempuan Sebagai Pelopor Mewujudkan Generasi Berkualitas, FGD Perempuan Membahas Kekerasan Terhadap Anak
Daftar Isi
Kasus pelecehan dan pembulian dilakukan oleh seorang anak laki-laki kelas
3 SD terhadap sepuluh teman sekelas perempuannya. Mereka berstatus siswa di
sebuah SD di pinggiran Kota Semarang. Kejadian tersebut ditemukan ‘tanpa
sengaja’ oleh aktivis LSM yang tengah melakukan pendampingan terhadap siswa
kelas 4 hingga kelas 6.
Setiap jam istirahat, siswa tersebut ‘menggilir’ teman-teman
perempuannya. Pintu kelas ditutup lalu dibantu teman laki-laki yang lain yang
memegangi perempuannya, ia (maaf) menindihnya tanpa membuka baju.
Setelah diusut dan diinterogasi, rupanya si anak sering menonton VCD
porno di rumahnya. Ia tinggal bersama neneknya yang hobi menonton blue film saat si cucu tidur. Rupanya,
cucunya yang diketahui tidur itu ikut ‘mengintip’ aktivitas neneknya sehingga
saat si nenek bekerja (menjadi pengemis) si anak memanggil teman-temannya dan
menonton bersama.
***
Di tempat yang lain, masih di bilangan Semarang;
seorang bapak menawari anak tirinya setelah si anak melihatnya berhubungan suami istri dengan ibunya. Dengan hanya iming-iming ‘enak lho’ si anak pun menuruti keinginan bejat ayahnya itu. kebetulan mereka tinggal di pemukiman padat penduduk dimana tiap rumah tidak ada sekatnya sehingga aktivitas apapun dilakukan di dalam satu ruangan. Akibatnya, si anak kecanduan dan malah menikmati hubungan tersebut hingga terjadi berulang-ulang.
seorang bapak menawari anak tirinya setelah si anak melihatnya berhubungan suami istri dengan ibunya. Dengan hanya iming-iming ‘enak lho’ si anak pun menuruti keinginan bejat ayahnya itu. kebetulan mereka tinggal di pemukiman padat penduduk dimana tiap rumah tidak ada sekatnya sehingga aktivitas apapun dilakukan di dalam satu ruangan. Akibatnya, si anak kecanduan dan malah menikmati hubungan tersebut hingga terjadi berulang-ulang.
Wilayah tinggal mereka juga merupakan wilayah yang sedang digarap oleh
LSM yang tengah melakukan penyuluhan dan sosialisasi bahkan sampai menyarankan
untuk berhubungan suami istri di kamar mandi demi tidak terlihat oleh
anak-anaknya. Hasilnya nihil, jarang yang mengindahkan saran mereka.
Kasus tersebut pun akhirnya tidak dilanjutkan karena si ibu memilih membela
suaminya, dan anaknya lari ke Ibu Kota menjadi pekerja seks komersil.
***
Lain lagi dengan seorang anak perempuan yang nasibnya tak jauh berbeda.
Ibunya harus bekerja dan anaknya dititipkan kepada kakeknya. Malang, si kakek
malah ‘memakan’nya. Tak hanya itu, si paman yang masih tinggal bersama
orangtuanya pun ikut-ikutan. Kasus terakhir ini masih sedang dalam proses
pendampingan oleh LSM.
***
Ayah-Bunda, kejut-kejut ya rasanya mendengar berbagai kasus yang terjadi
dan ternyata ada di sekitar kita, tak jauh dari tempat kita tinggal. Miris.
Mungkin kita sering mendengar kejadian yang lebih mengerikan baik
diberitakan maupun kita dapatkan dalam seminar-seminar. Itu hanya sebagian
kecil dari kasus yang ter-ekspose,
yang sebenarnya sudah terjadi sejak dulu namun baru ter-blow up akhir-akhir ini.
Tiga kasus yang terjadi di atas sebenarnya off record oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di
bidang perlindungan anak dan perempuan, sehingga saya tidak menyebutkan nama
LSM-nya. Disampaikan oleh dua orang dari LSM yang berbea yang dalam suatu
kesmpatan diundang untuk memberikan semacam testimoni atau pengalaman mereka
dalam menangani masalah kekerasan terhadap anak dan perempuan yang hingga saat
ini terus berkembang.
Perempuan Sebagai Pelopor
Mewujudkan Generasi Berkualitas
Itulah tajuk acara Focus Group
Discussion (FGD) yang dilaksanakan oleh salah satu lembaga perempuan
tingkat Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu. Hadir dalam acara tersebut
perwakilan perempuan dari kabupaten se-Jateng.
Sepertinya berat sekali ya... FGD. Tapi rupanya para ibu dari berbagai
profesi tersebut mengikuti setiap acara dengan antusias hingga selesai meskipun
melebihi target waktu yang direncanakan. Mereka semangat sekali dalam forum
diskusi membahas berbagai masalah, tantangan, dan solusi untuk berbagai
persoalan yang ada di masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kekerasan
terhadap anak.
Peran
Muslimah & Perlindungan Anak (Tinjauan
Syari’ah)
Narasumber partama, Eko Yuliarti
Siroj, S.Ag seorang pakar syariah dari Jakarta menyampaikan materi mengenai
peran muslimah dalam perlindungan anak.
Mengapa materi tersebut disampaikan pada sesi pertama adalah agar menyadarkan
kembali bahwa tugas perempuan (baca: ibu) adalah tugas yang sangat mulia dan
tidak mudah, yaitu sebagai pendidik
generasi (ummul madrasah).
Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al-Hujurot : 13)
Dan janganlah kamu iri hati terhadap
apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian
yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan... QS An-Nisaa: 32)
Secara umum, ada dua peran muslimah yaitu peran asasi (sebagai anak, istri, dan ibu) dan peran perluasan sebagai anggota masyarakat. Masing-masing peran
mempunyai tanggung jawab dan tugas yang berbeda, misalnya peran asasi, maka
seorang ibu menjadi harus membina hubungan yang baik dengan orang tua dan
keluarga besar, bersama suami membangun keluarga yang kokoh, dan mendidik
generasi untuk menjadi pemimpin masa depan.
Sedangkan dalam perannya sebagai anggota masyarakat yaitu turut serta dan
berkontribusi membangun masyarakat yang baik. “Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” Adz-dzariyat:56 dan Berkhidmat
untuk memakmurkan bumi ”Dan kepada Tsamud (Kami
utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari
bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya)
lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Huud : 61)
Aisyah r.a. berkata : “Sebaik-baik
perempuan adalah para perempuan Anshor. Tidaklah rasa malu menghalangi mereka
untuk tafaqquh (memperdalam pemahaman) dalam agama. “ (HR Muslim, Abu Dâud dan
Ibnu Mâjah)
Siapakah Anak?
Ada beberapa pandangan mengenai seseorang yang masih disebut anak, antara
lain (lihat dalam gambar)
Batasan Usia anak menurut Undang-Undang |
Sedangkan dalam islam, batas usia seorang anak adalah sesuai dengan
hadits berikut:
Hadits Riwayat Ibnu Umar r.a. ia
berkata:
Rasulullah SAW menguji kemampuanku berperang pada hari perang Uhud, ketika aku berusia empat belas tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku. Dan beliau mengujiku kembali pada hari perang Khandaq ketika aku berusia lima belas tahun, lalu beliau mengizinkan aku.
Rasulullah SAW menguji kemampuanku berperang pada hari perang Uhud, ketika aku berusia empat belas tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku. Dan beliau mengujiku kembali pada hari perang Khandaq ketika aku berusia lima belas tahun, lalu beliau mengizinkan aku.
Batasan Usia anak dalam islam (Eko Yuliarti Siroj) |
Hak Anak Secara Umum
Hak anak secara umum seperti yang tertera dalam Alqur’an dan hadits:
Hak Anak Secara Umum |
Hak Perdata Anak
Memiliki garus keturunan yang jelas, mendapatkan penyusuan, mendapatkan
pengayoman (tumbuh kembang, pendidikan, pemenuhan kebutuhan biologis dan
psikologis), dan mendapatkan nafkah yang cukup adalah sebagian dari hak pertada
seorang anak yang wajib diberikan oleh orangtuanya.
Hak Perlindungan Anak
Hak Perlindungan Anak |
Perlindungan dari tindak kekerasan
Perlindungan dari penodaan
Perlindungan dari pencemaran nama
baik
Perlindungan dari eksploitasi
Perlindungan dalam kondisi perang
atau kondisi darurat
Lima perlindungan di atas adalah perlindungan dasar yang diterima anak. Namun
terkadang entah disadari atau tidak, karena kelalaian atau kesengajaan banyak
kekerasan terjadi oleh orangtuanya sendiri. Bagaimana mengatasinya? tunggu
hasil FGD ya, Ayah Bunda.
Penyebab Terjadinya Kekerasan terhadap Anak dan Gagasan Sistem Perlindungan Anak yang Harus Dibangun
Narasumber kedua merupakan pembicara lokal Semarang yang ahli dan concern dalam bidang psikologi
perkembangan anak. Beliau adalah dosen Psikologi Undip, Dinie Ratri Desiningrum, S.Psi, M.Si.
Beliau memberikan sentilan berupa
berbagai masalah yang sering dihadapi dalam keluarga yang menjadi biang masalah
lainnya. seperti efek domino, satu akar masalah akan melahirkan berbagai
persoalan yang tak kunjung usai.
Seperti diketahui, anak akan
tumbuh dan perkembang sesuai dengan tahap usianya. Dalam masa-masa tersebut
memiliki treatment yang berbeda, pun
antara satu anak dengan anak lainnya tidak bisa disamakan. Meski begitu, secara
umum tahapannya bisa diketahui dan dipelajari.
Ciri Umum Perkembangan anak |
Kenaikan Jumlah
Kekerasan Anak
Internasional à terjadi kenaikan 450 % kejahatan seksual anak selama 4 tahun. Hingga 2012 jumlah kasus
18.000 kasus.
KPAI tahun 2014 bahwa 90 % anak pelaku tindak pidana kekerasan seksual di Lapas Anak
Nusa Tenggara Timur mengaku terbiasa melihat konten pornografi.
KPAI
tahun 2015, ada 7000
kasus kekerasan pada anak yang dilaporkan
Bentuk kekerasan terhadap anak |
Data KPAI mengenai kekerasan dalam keluargam tahun 2014 |
Data KPAI mengenai kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan, tahun 2014 |
Proses
Psikologis yang Terjadi ketika Anak Mendapatkan Kekerasan
Saat seorang
anak mengalami kekerasan, otaknya dengan cepat merespon dan menyimpannya dalam
memori dan mengendap menjadi emosi terpendam yang sewaktu-waktu bisa meledak.
Dampak psikologis anak yang mengalami kekerasan, seperti fenomena gunung es |
Semua Bersumber dari Keluarga
Berbagai tipe
keluarga sangat mempengaruhi pola asuh dan sikapnya terhadap anak. Hal inilah
yang menjadi awal terjadinya kekerasan terhadap anak maupun yang dilakukan oleh
anak. Keluarga, terutama ibu sebagai guru pertama bagi anak-anaknya berperan
paling penting dalam pembentukan karakter anak.
Seorang anak
sebisa mungkin terhindar dari paparan negatif seperti kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT), pornografi, dan anarkisme/agresivitas berlebih karena hal
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap psikologi dan perkembangannya.
Sudahkah kita siap menjadi orang tua yang baik? |
Pola
Asuh Islami, Meniru Cara Rasulullah
Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka
bermain), 0 - 7 tahun à Anak adalah Raja
Tahap PENANAMAN DISIPLIN
(“addibuhum”/ajarilah mereka adab) 7 – 14 thn. Ã Diijinkan memukul jika anak tidak mau Shalat
Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah
mereka sahabat) 14 tahun dst. Ã Anak bebas berpendapat/memilih selama tidak melanggar syari
Sebagai Orang Tua Harus Mau:
Belajar dan terus belajar melalui berbagai media seperti tarbiyah (pembelajaran) sendiri dan
kelompok, seminar parenting, membaca buku, dll
Meluangkan waktu bermain dan belajar bersama anak, selalu membangun quality time bersama
anak dan keluarga
Perhatikan betul apa yang menjadi keinginan dan
kebutuhan anak, jangan sampai
karena alasan sayang kepada anak sehingga mengabulkan semua permintaannya yang
bisa menyebabkan ia menjadi anak manja
Pembagian peran yang harmonis antara suami dan istri. Suami dan istri punya peran yang sama dalam
mendidik anak-anak, hanya saja masing-masing mempunyai porsi yang berbeda. Untuk
itu, dibutuhkan kerjasama yang harmonis dan tepat agar anak mendapatkan figur
teladan yang baik dari kedua orangtuanya.
Latih kemampuan asertivitas anak, agar ia tidak menjadi korban bullying.
Kenali tanda-tanda anak dalam bahaya |
Persiapkan anak untuk menjadi polisi bagi dirinya
sendiri. Caranya dengan memahamkan
wilayah mana saja yang boleh dilihat/disentuh HANYA oleh dirinya dan
Ayah/Bundanya, sehingga saat orang lain berusaha menyentuh wilayah tersebut ia
berani untuk menentang atau berteriak melawan.
Iringi selalu dengan do’a dan ibadah lainnya. Penjagaan kita terhadap anak pasti tidak
bisa 7x24 jam fulltime. Ada masanya
ia sekolah, ada waktu ia bermain dan bersosialisasi bersama teman-temannya,
dll. Otomatis saat di luar jangkauan pengawasan kita, orangtua hanya bisa ‘menitipkan’
anaknya kepada Allah lewat ikhtiar do’a dan ibadah lain.
Hasil Focus Group Discussion
Setelah penyampaian
materi dan arahan dari kedua narasumber, seluruh peserta besiap melakukan
diskusi kelompok untuk selanjutnya disampaikan dalam pleno. Sebelumnya, mereka
sudah makan siang dan shalat dhuhur dulu agar fresh.
Diskusi berlangsung
asyik dan serius. Masing-masing berperan dan mencoba menganalisis setiap
permasalahan berdasarkan apa yang mereka temui di sekitar. Setelah mendapatkan gambaran
mengenai masalah dan tantangan serta kendala yang dihadapi, mereka berusaha
untuk memetakan solusi yang bisa dilakukan baik oleh kalangan sendiri maupun
dalam bentuk brief policy untuk disampaikan kepada pejabat terkait seperti
KPAI, DPR, maupun jajaran pemerintahan Kota/Kabupaten.
Kekokohan dan Ketahanan Keluarga
Dari hasil
diskusi keseluruhan kelompok, disimpulkan bahwa solusi yang paling utama adalah
kembali kepada keluarga. Adanya kekokohan dan ketahanan keluarga akan sangat
membantu untuk mengurangi resiko dan dampak kekerasan terhadap anak. Visi dan
misi yang sejalan antara suami-istri, komunikasi yang baik antar anggota
keluarga, harmonis dan manajemen konflik adalah sebagian dari indikator
ketahanan keluarga.
Orang tua adalah
teladan bagi anak-anaknya, dan anak-anak harus menghormati orangtuanya. Saling menyayangi
menjadi jalan terciptanya hubungan yang harmonis dan dinamis.
Sebagian dari hasil diskusi berupa rekomendasi. dok.pribadi |
Kembali Kepada Fitrah dan
Kewajiban Ibu
Menjadi ibu yang bekerja di luar rumah maupun di rumah, masing-masing
mempunyai kewajiban yang sama untuk mendidik anak-anaknya. Hanya saja tantangan
yang dihadapi berbeda.
Rekomendasi yang lain diantaranya untuk meningkatkan kapasitas dan
pengetahuan kaum perempuan baik ibu maupun calon ibu, sosialisasi mengenai
berbagai masalah dan kekerasan yang terjadi agar masyarakat aware dan care dengan lingkungannya, membangun kota atau wilayah ramah anak, dll.
Ayah-Bunda, kebanyakan masalah tersebut erat kaitannya dengan kondisi
ekonomi yang buruk dalam keluarga. Namun, hal ini bukanlah yang paling asasi. Seseorang
harus mempunyai mental dan keimanan yang kuat terhadap agamanya sehingga ia
mampu menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan yang dihadapi.
Orang yang bermental kuat tidak mudah menyerah meski dalam kondisi
terlemah. Dan orang dengan keimanan yang kuat tidak akan berbuat semena-mena
diluar kendalinya karena ia yakin ada yang senantiasa mengawasi dan mencatat
setiap perbuatannya.
Terakhir, kita hanya bisa berdo’a dan memeluk erat anak-anak kita,
membentengi mereka dengan berbagai bekal dan ilmu agar tidak terlibas arus
zaman. Di luar itu, kita pun punya kewajiban yang sama untuk menjaga lingkungan,
mengingatkan jika ada anak-anak tetangga yang mengalami kekerasan, dan saling
mengingatkan jika lalai. Contoh paling kecil, sudahkan kita peduli saat ada
anak tetangga kita yang ke luar rumah tanpa busana atau hanya mengenakan
pakaian dalam saja?.
Lagi-lagi, kekuatan terbesar kita adalah pada do’a. Allahua’lam, semoga bermanfaat.
Salam,
Mohon untuk tidak menyematkan link hidup dan spamming lainnya. Jika tetap ada akan saya hapus.
Salam,
Bener mba, pondasi karakter anak emg ada dikeluarga ya dan tentu saja do'a karena bagaimanapun ada Ia Yg Maha Penjaga.
Beberapa kali Aku sdh share di wilayah tempat tinggalku Dan tanggapannya "dingin". Merasa belum bermasalah :(
Padahal bencana terbesar justru saat Kita tak menyadari bencana itu sedang terjadi :(
Pola asuh ala Rasululloh memang terbaik mbak. Insyaallah menciptakan generasi terbaik.
moga aja anak2 kita dijauhkan dari hal2 yang buruk ya
hiks..
Ketahanan keluarga memang kuncinya. Peran orangtua dan keluarga jadi penting sayang kadang mereka justru pintu masuk utk terjadinya peristiwa itu.
Semoga anak-anak kita dilindungi dari hal demikian.